Paparan layar atau screen time pada anak, khususnya balita di bawah usia dua tahun, menjadi perhatian serius para ahli kesehatan. Dampak negatifnya terhadap perkembangan otak dan perilaku anak semakin nyata, sehingga penting bagi orang tua untuk bijak dalam mengatur penggunaan gawai oleh buah hati mereka.
Dr. Farid Agung Rahmadi, Msi., Med., Sp.A SubsTKPS(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan bahwa periode usia di bawah dua tahun merupakan masa emas perkembangan otak anak. Plastisitas otak yang tinggi pada masa ini sangat rentan terhadap pengaruh eksternal, termasuk paparan screen time yang berlebihan.
Bahaya Screen Time Berlebihan bagi Balita
Otak balita berkembang pesat melalui proses sinaptogenesis, pembentukan koneksi antar sel saraf. Screen time yang berlebihan dapat mengganggu proses penting ini.
Interaksi langsung dengan orang tua sangat krusial untuk perkembangan sosial dan emosional anak. Paparan screen time yang dominan mengurangi kualitas dan kuantitas interaksi ini, berdampak buruk pada perkembangan anak secara holistik.
Durasi bermain anak juga menjadi lebih singkat dan kurang kompleks. Fokus perhatian mereka terpecah, mengurangi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman bermain yang kaya dan mendalam.
Pergeseran Media Layar dan Dampaknya
Dahulu, televisi menjadi media layar utama dengan durasi rata-rata 1 jam 20 menit. Namun, sejak 2011, gawai pribadi telah mengambil alih peran tersebut.
Perubahan ini membawa dampak signifikan pada durasi dan jenis paparan layar yang diterima anak. Tren di Kanada misalnya, menunjukkan peningkatan drastis dari 39 persen anak yang terpapar gawai pribadi pada 2011 menjadi 80 persen hanya dalam dua tahun.
Tidak hanya persentase anak yang terpapar, durasi screen time juga meningkat tajam. Dari 1 jam 20 menit menjadi total 4 jam sehari, yang mencakup penggunaan gawai dan televisi.
Strategi Mengatasi Screen Time Berlebihan
Menyadari dampak negatif screen time yang berlebihan, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah proaktif.
Batasi penggunaan gawai dan televisi pada anak, khususnya balita. Prioritaskan interaksi langsung dan kegiatan bermain yang merangsang perkembangan otak dan kemampuan sosial anak.
Berikan contoh yang baik dengan membatasi penggunaan gawai sendiri. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang.
- Bermain bersama anak secara aktif. Ciptakan momen berkualitas tanpa gangguan gawai.
- Membatasi waktu penggunaan gawai dan memastikan konten yang dikonsumsi sesuai dengan usia dan perkembangan anak.
- Menciptakan aktivitas alternatif yang menarik dan merangsang kreativitas anak, seperti membaca buku, bermain di luar ruangan, atau terlibat dalam kegiatan seni.
Dengan memahami dampak negatif screen time dan menerapkan strategi yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pentingnya kesadaran kolektif tentang dampak screen time terhadap perkembangan anak harus terus digaungkan. Kolaborasi antara orang tua, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sehat anak-anak di era digital ini. Perhatian dan pengawasan yang konsisten adalah kunci utama dalam menjaga keseimbangan antara teknologi dan perkembangan anak secara menyeluruh.