Bahaya Screen Time: Bayi di Bawah 2 Tahun Paling Rentan

Playmaker

Paparan layar atau screen time pada anak, khususnya balita di bawah dua tahun, menjadi perhatian serius para ahli kesehatan. Dampak negatifnya terhadap perkembangan otak dan perilaku anak semakin terbukti melalui berbagai penelitian. Mengingat akses terhadap gawai dan televisi yang semakin mudah, penting bagi orang tua untuk memahami risiko dan langkah pencegahan yang tepat.

Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Farid Agung Rahmadi, Msi., Med., Sp.A SubsTKPS(K), mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak buruk screen time pada perkembangan anak usia dini. Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam membatasi paparan layar pada anak-anak mereka.

Bahaya Screen Time bagi Perkembangan Otak Balita

Masa pertumbuhan dan perkembangan otak balita sangat pesat. Proses sinaptogenesis, pembentukan koneksi antar sel saraf, berlangsung secara intensif pada usia ini.

Paparan screen time yang berlebihan dapat mengganggu proses ini. Interaksi langsung dengan orang tua dan lingkungan sekitar justru jauh lebih penting daripada stimulasi pasif dari layar elektronik.

Kurangnya interaksi berkualitas dapat menghambat perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak. Hal ini dapat berdampak jangka panjang pada kemampuan belajar, bersosialisasi, dan perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh Screen Time terhadap Perilaku Bermain Anak

Perilaku bermain anak merupakan kunci perkembangan yang optimal. Bermain membantu anak mengeksplorasi dunia, belajar berinteraksi, dan mengembangkan kreativitasnya.

Screen time yang berlebihan dapat mengurangi kuantitas dan kualitas waktu bermain anak. Durasi bermain menjadi lebih pendek, dan kompleksitas permainan pun berkurang.

Anak menjadi kurang fokus dan kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial-emosionalnya. Interaksi langsung dengan orang tua dan teman sebaya menjadi terbatas.

Akibatnya, anak-anak mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan sosial, kurang mampu memecahkan masalah, dan mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa.

Pergeseran Media dan Meningkatnya Screen Time

Dahulu, televisi merupakan sumber utama screen time anak, dengan durasi rata-rata sekitar 1 jam 20 menit.

Namun, sejak sekitar tahun 2011, gawai pribadi seperti smartphone dan tablet telah menggeser dominasi televisi.

Data dari Kanada pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan signifikan persentase anak yang terpapar gawai pribadi, dari 39% menjadi 80% dalam dua tahun. Durasi screen time pun meningkat drastis, dari 1 jam 20 menit menjadi total 4 jam per hari.

Tren ini menunjukkan peningkatan ketergantungan anak terhadap gawai, yang meningkatkan risiko paparan screen time yang berlebihan. Perlu perhatian khusus dari orang tua dan upaya edukasi yang lebih masif untuk mengimbangi hal ini.

Penting bagi orang tua untuk aktif terlibat dalam mengatur screen time anak, memilih konten yang sesuai, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara holistik. Kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan tenaga kesehatan sangat penting dalam menghadapi tantangan ini.

Dengan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak screen time, kita dapat membantu anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal dan terhindar dari dampak negatif paparan layar yang berlebihan. Membangun kebiasaan baik dalam penggunaan gawai sejak dini menjadi kunci utama untuk masa depan anak yang lebih sehat dan bahagia.

Popular Post

Eksbis

Bantuan Beras 10 Kg: Mentan Pastikan Petani Terlindungi

Pemerintah akan menyalurkan bantuan pangan beras 10 kilogram kepada masyarakat selama dua bulan, Juni dan Juli. Total beras yang disalurkan ...

Berita

Indonesia-Bangladesh: Kerja Sama Ekonomi, Energi & Pertahanan Terkuat

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Arrmanatha Christiawan Nasir, baru-baru ini melakukan kunjungan kerja ke Bangladesh. Kunjungan tersebut bertujuan untuk ...

Gaya Hidup

AI: Revolusi Bisnis, Ancaman Pekerjaan atau Peluang Baru?

Kecerdasan buatan (AI) tengah menjadi sorotan, tak hanya di perusahaan besar, namun juga usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. ...

Gaya Hidup

Kebudayaan Indonesia: Kolaborasi Majukan Warisan Bangsa Kita Bersama

Pemajuan kebudayaan di Indonesia menjadi fokus utama pemerintah. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah dan seluruh ...

Eksbis

Bank Indonesia Kepri Gerebek Uang Palsu: 1.045 Lembar Disita!

Kepulauan Riau (Kepri) tengah berjuang melawan peredaran uang palsu. Bank Indonesia (BI) Kepri mencatat angka yang cukup signifikan dalam beberapa ...

Eksbis

Fintech Lending Subur: Pembiayaan Produktif Tembus Rp28,63 Triliun

Industri pinjaman online (pinjol) atau fintech lending di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan ...