Presiden Komisaris PT Sepatu Bata Tbk (BATA), Rajeev Gopalakrishnan, mengundurkan diri. Pengumuman ini disampaikan manajemen BATA pada Kamis (26/6/2025), setelah surat pengunduran diri diterima pada Rabu (25/6/2025).
Pengunduran diri Rajeev efektif per 25 Juli 2025. Namun, keputusan final akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pengunduran Diri dan Kondisi Keuangan BATA
Kabar pengunduran diri ini muncul di tengah kondisi keuangan BATA yang tengah tertekan. Perusahaan mengalami penurunan aset dan kerugian yang signifikan.
Laporan keuangan per 30 September 2024 menunjukkan penurunan aset sebesar 21,7% dibandingkan posisi 31 Desember 2023. Aset BATA tercatat hanya Rp 458 miliar.
Di sisi lain, liabilitas BATA mencapai Rp 456 miliar. Lebih lanjut, perusahaan juga mencatatkan kerugian sebesar Rp 129 miliar pada periode yang sama.
Sanksi dari Bursa Efek Indonesia (BEI)
Kondisi keuangan yang kurang baik berdampak pada hubungan BATA dengan otoritas pasar modal. BEI menjatuhkan sanksi kepada BATA.
Sanksi berupa Surat Peringatan (SP) 2 dan denda Rp 50 juta diberikan karena keterlambatan pelaporan keuangan interim per 31 Maret 2025. Sebelumnya, BEI telah melayangkan peringatan tertulis.
BATA bukanlah satu-satunya perusahaan yang dikenai sanksi. BEI menjatuhkan sanksi serupa kepada 82 perusahaan lain dengan kasus yang sama.
Dampak Pengunduran Diri dan Langkah ke Depan
Pengunduran diri Presiden Komisaris tentu menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan BATA. Perusahaan perlu segera mencari pengganti yang tepat.
Proses penggantian Presiden Komisaris akan dilakukan melalui RUPS. Hal ini sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ke depan, BATA perlu fokus memperbaiki kinerja keuangan dan meningkatkan transparansi pelaporan. Langkah-langkah strategis diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada.
Perbaikan tata kelola perusahaan juga krusial untuk memulihkan kepercayaan investor dan pemangku kepentingan lainnya. Memperbaiki kondisi keuangan dan meningkatkan efisiensi operasional menjadi kunci keberhasilan BATA.
Situasi ini menjadi pembelajaran bagi perusahaan publik lainnya untuk selalu menjaga kesehatan keuangan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat penting dalam menjaga kepercayaan investor.
Keberhasilan BATA keluar dari situasi ini akan sangat bergantung pada langkah-langkah konkret yang diambil oleh manajemen baru. Perbaikan fundamental perusahaan dan peningkatan kinerja menjadi tantangan utama.
Peristiwa ini juga menjadi sorotan bagi pasar modal Indonesia. Pentingnya ketaatan perusahaan publik terhadap peraturan dan transparansi laporan keuangan semakin ditegaskan.
Secara keseluruhan, pengunduran diri Rajeev Gopalakrishnan dan masalah keuangan yang dihadapi BATA menjadi peringatan penting bagi perusahaan publik lainnya untuk selalu menjaga kesehatan keuangan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Transparansi dan akuntabilitas merupakan kunci keberhasilan dalam jangka panjang.