Ekspor batik Indonesia mencatatkan pertumbuhan signifikan pada tiga bulan pertama tahun 2025. Nilai ekspor mencapai US$ 7,63 juta atau setara Rp 123,60 miliar (kurs Rp 16.200), meningkat 76,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang lesu dan daya beli pasar internasional yang menurun.
Sukses ini tidak hanya mencerminkan daya tarik batik Indonesia di kancah internasional, tetapi juga menunjukkan potensi besar industri batik dalam menyerap tenaga kerja dan berkontribusi pada perekonomian nasional.
Ekspor Batik Melonjak Tinggi di Tengah Lesunya Ekonomi Global
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan apresiasinya atas capaian luar biasa ini. Beliau menekankan bahwa peningkatan ekspor tersebut terjadi meskipun pasar global sedang mengalami penurunan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka ekspor yang menggembirakan. Hal ini menunjukkan daya saing batik Indonesia tetap kuat.
Menurut Menperin, keberhasilan ini patut diapresiasi karena terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan. Daya beli pasar internasional juga sedang melemah.
Potensi Industri Batik dan Serapan Tenaga Kerja
Industri batik Indonesia terbukti mampu menyerap hingga 200.000 tenaga kerja, menurut data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin.
Berdasarkan Direktori Sentra BPS tahun 2020, terdapat sekitar 5.946 industri batik dan 200 sentra IKM yang tersebar di 11 provinsi di Indonesia. Ini menunjukkan tersebarnya industri batik di berbagai wilayah.
Jumlah industri dan tenaga kerja yang terlibat menunjukkan besarnya kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Indonesia.
Strategi Ekspansi Pasar dan Perayaan Hari Batik Nasional
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menjelaskan bahwa batik Indonesia telah berhasil menembus pasar internasional, termasuk Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
Afrika Selatan menjadi pasar terbesar untuk batik Indonesia saat ini. Strategi adaptasi dengan karakter dan selera pasar setempat menjadi kunci keberhasilan.
Batik dengan warna-warna teduh atau warna alam cenderung lebih disukai pasar luar negeri. Ini menunjukkan pentingnya memahami preferensi konsumen di setiap negara tujuan.
Untuk mempromosikan batik dan merayakan Hari Batik Nasional (HBN), Kemenperin dan Yayasan Batik Indonesia akan menyelenggarakan Gerakan Batik Nasional (GBN) dan HBN 2025 pada 30 Juli-3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta, dengan tema “Bangga Berbatik”.
Batik Tulis Merawit Cirebon terpilih sebagai ikon GBN dan HBN 2025. Batik ini dikenal dengan pola halus dan detailnya, mencerminkan kekayaan seni dan budaya Cirebon.
Acara ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi terhadap batik di dalam negeri dan memperkuat posisi batik di pasar internasional.
Teknik merawit yang unik, yaitu menggoreskan canting tembokan dengan malam panas, menghasilkan garis-garis tipis dan detail yang menjadi ciri khas batik ini.
Secara keseluruhan, keberhasilan ekspor batik Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang menantang menunjukkan potensi besar industri ini. Dengan strategi yang tepat dan promosi yang berkelanjutan, batik Indonesia dapat terus berkembang dan berkontribusi pada perekonomian nasional serta mengangkat citra Indonesia di mata dunia.