Kematian Juliana Marins, turis Brasil yang jatuh ke jurang Gunung Rinjani, telah memicu sorotan dari Komisi V DPR RI. Mereka akan memanggil Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk menyelidiki proses evakuasi yang dinilai memakan waktu terlalu lama.
Kejadian ini telah menjadi perhatian publik, khususnya di Brasil, karena Juliana sempat bertahan hidup setelah jatuh ke jurang ratusan meter. Komisi V DPR ingin memastikan proses evakuasi telah dilakukan secara optimal dan mencari tahu penyebab lambatnya proses penyelamatan.
Sorotan Senayan: Mencari Jawab atas Lambatnya Evakuasi Juliana Marins
Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, mengungkapkan rencana pemanggilan Basarnas untuk meminta penjelasan terkait proses evakuasi Juliana.
Komisi V ingin mengetahui secara detail mengapa evakuasi tidak dapat dilakukan dengan segera, mengingat kondisi Juliana yang masih terlihat hidup setelah kecelakaan tersebut.
Beberapa faktor yang akan diselidiki meliputi kendala pengambilan keputusan, keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan, serta pengaruh cuaca buruk dan kondisi medan yang sulit.
Syaiful juga menyinggung keterbatasan anggaran Basarnas, yang mencapai sekitar Rp 1,01 triliun. Komisi V ingin menyelidiki apakah keterbatasan dana ini berpengaruh pada kualitas pencarian dan penyelamatan.
Tim SAR: Upaya Maksimal di Tengah Keterbatasan
Meskipun mempertanyakan proses evakuasi, Syaiful menekankan keyakinannya bahwa tim SAR telah bekerja keras menyelamatkan Juliana.
Ia mengakui bahwa Basarnas selalu berjuang maksimal dalam setiap operasi, meski menghadapi berbagai keterbatasan.
Berdasarkan informasi resmi, tim evakuasi telah diturunkan segera setelah menerima laporan pada Sabtu pagi. Namun, tim mengalami kesulitan menemukan Juliana di kedalaman 200 meter karena medan yang curam dan kabut tebal.
Pencarian baru membuahkan hasil pada Selasa malam, saat Juliana ditemukan telah meninggal dunia. Proses evakuasi jenazah pun kemudian dilakukan.
Syaiful memahami kekecewaan netizen, terutama warga Brasil, mengingat kondisi Juliana yang masih relatif baik sesaat setelah jatuh.
Ia mengakui bahwa evakuasi yang lebih cepat berpotensi meningkatkan peluang keselamatan Juliana.
Kemampuan SAR: Wajah Negara di Mata Internasional
Syaiful Huda juga menyoroti pentingnya kinerja Basarnas sebagai representasi kemampuan negara dalam melindungi warganya, khususnya di mata internasional.
Di negara maju, Badan SAR sering menjadi indikator utama kesigapan pemerintah dalam melindungi rakyatnya. Oleh karena itu, kesiapan mereka didukung oleh anggaran yang memadai, peralatan canggih, dan personel yang terlatih.
Anggota Komisi V DPR RI lainnya, Adian Napitupulu, menegaskan agar kejadian serupa tidak terulang di Indonesia.
Ia menyadari medan Gunung Rinjani yang berat, namun menekankan bahwa negara harus mampu mengatasi kendala tersebut.
Adian menegaskan pentingnya komitmen negara untuk memastikan keselamatan warga negara dan wisatawan, terlepas dari tantangan geografis yang ada.
Kendala Cuaca Menghambat Evakuasi Udara
Evakuasi jenazah Juliana dilakukan oleh tim gabungan Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri pada pukul 13.51 WITA.
Namun, cuaca buruk berupa mendung dan hujan ringan di wilayah Sembalun sempat menghambat evakuasi menggunakan helikopter.
Helikopter Basarnas yang telah tiba di lokasi tidak dapat mencapai titik evakuasi karena kabut tebal dan medan yang sulit.
Juliana ditemukan meninggal dunia di dasar jurang sedalam 600 meter.
Insiden ini menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap kemampuan dan kesiapan Basarnas dalam menghadapi situasi darurat di daerah terpencil dengan medan yang menantang. Peningkatan koordinasi antar instansi dan investasi dalam teknologi dan peralatan yang lebih canggih juga perlu dipertimbangkan untuk memastikan respon yang cepat dan efektif dalam penyelamatan jiwa di masa mendatang. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi peningkatan kapasitas SAR di Indonesia.