Di era digital yang serba terhubung, membagikan informasi di media sosial telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Namun, tanpa kesadaran dan kontrol diri yang memadai, aktivitas ini bisa berdampak negatif, bahkan merugikan orang lain.
Psikolog klinis Ratih Ibrahim, lulusan Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa dorongan untuk berbagi di media sosial seringkali berkaitan dengan kebutuhan akan perhatian dan validasi sosial. Tanpa pemahaman yang tepat, kebiasaan ini dapat menimbulkan masalah serius.
Bahaya Oversharing di Media Sosial
Menurut Ratih Ibrahim, menyebarkan informasi, khususnya terkait kejadian traumatis seperti kecelakaan, dapat menimbulkan dampak buruk. Hal ini dapat melukai keluarga korban, menyesatkan opini publik, dan bahkan menyebabkan trauma sekunder pada orang lain yang melihatnya.
Contohnya, unggah foto atau video korban kecelakaan tanpa izin keluarga merupakan tindakan yang tidak etis dan dapat menimbulkan penderitaan lebih lanjut. Hal ini menunjukkan kurangnya empati dan pertimbangan dampak atas tindakan tersebut.
Langkah Mengurangi Kebiasaan Berbagi Informasi Berlebihan
Untuk menekan kebiasaan oversharing, Ratih menyarankan beberapa langkah penting. Penting untuk membangun kesadaran diri dan mengasah kemampuan empati sebelum membagikan informasi apapun di media sosial.
Berikut langkah-langkah yang dapat diterapkan untuk mengurangi kebiasaan berbagi informasi secara berlebihan di media sosial:
- Jeda sebelum mengunggah: Sebelum membagikan konten, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan: “Apakah informasi ini perlu dibagikan?” dan “Apa dampak jangka panjangnya?”. Pertanyaan ini membantu kita berpikir lebih kritis sebelum bertindak.
- Refleksi diri: Tanyakan pada diri sendiri bagaimana perasaan jika orang lain mempublikasikan foto atau video kita saat mengalami kesulitan. Bayangkan bagaimana perasaan keluarga korban jika informasi pribadi mereka disebarluaskan tanpa izin.
- Ingatkan diri tentang pentingnya privasi: Selalu ingat pentingnya melindungi privasi, baik diri sendiri maupun orang lain. Privasi merupakan hak asasi yang perlu dihormati.
- Pertimbangkan dampak tindakan: Sebelum membagikan sesuatu, pikirkan dampaknya terhadap orang-orang yang terlibat dalam informasi tersebut di kehidupan nyata. Apakah tindakan kita akan menyebabkan kerugian atau penderitaan bagi mereka?
Pentingnya Empati dalam Bermedia Sosial
Ratih menekankan bahwa empati bukan hanya penting ketika menghadapi kejadian tragis. Empati juga sangat diperlukan saat berinteraksi di media sosial.
Menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang menyedihkan atau sensitif menunjukkan rasa empati yang tinggi. Berempati berarti memahami bahwa penderitaan bukanlah konsumsi publik, melainkan sesuatu yang perlu ditangani dengan penuh kehati-hatian dan rasa hormat.
Mengembangkan empati dan kesadaran akan dampak tindakan kita di media sosial sangat penting dalam menciptakan ruang digital yang lebih positif dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kita dapat meminimalisir potensi kerugian dan menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan nyaman bagi semua orang.
Lebih dari sekadar mengikuti tren atau mencari validasi, bijak dalam menggunakan media sosial memerlukan pemahaman akan konsekuensi dan tanggung jawab atas setiap informasi yang kita bagikan. Membangun kesadaran diri dan kemampuan empati akan membantu kita menciptakan ruang digital yang lebih baik.