Anna Kournikova, nama yang begitu lekat dengan dunia tenis di akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Kemampuannya di lapangan hijau memang luar biasa, namun pesona dan popularitasnya melampaui prestasi olahraga semata. Ia menjadi ikon tenis yang wajahnya menghiasi berbagai media, dari majalah hingga layar lebar.
Di era awal Google, namanya menjadi salah satu pencarian terpopuler. Prestasi gemilangnya, termasuk dua gelar juara ganda putri Australia Open bersama Martina Hingis dan julukan “Spice Girls of tennis,” hanya sebagian kecil dari daya tariknya. Kournikova adalah selebriti sejati.
Awal Mula Sang Sensasi
Lahir dari keluarga atlet, Anna Kournikova mewarisi bakat luar biasa. Ayahnya, mantan juara gulat Yunani-Romawi, dan ibunya, seorang pelari jarak 400 meter, menjadi fondasi kariernya.
Minatnya pada tenis muncul sejak usia lima tahun. Kemampuannya berkembang pesat, hingga di usia 10 tahun direkrut oleh akademi tenis Nick Bollettieri di Florida.
Pada usia 14, ia sudah menjadi pemain profesional. Debutnya di AS Terbuka 1996 langsung mencuri perhatian, mencapai babak keempat. Setahun kemudian, ia mencapai semifinal Wimbledon.
Prestasi terbaiknya di tunggal adalah perempat final Australia Terbuka dan babak keempat Roland Garros. Namun, ia justru lebih berjaya di ganda putri.
Bersama Martina Hingis, ia menduduki peringkat satu dunia dan memenangkan Australian Open pada 1999 dan 2002. Mereka juga mencapai final Prancis Terbuka 1999.
Puncak Popularitas dan Ketenaran
Keindahan dan prestasinya mengantarkan Kournikova ke puncak popularitas. Ia menjadi langganan sampul majalah seperti FHM, Maxim, dan Sports Illustrated Swimsuit Issue.
Pada 2002, ia dinobatkan sebagai “wanita terseksi di dunia”, mengalahkan nama-nama besar seperti Britney Spears dan Jennifer Lopez.
Karier aktingnya pun dimulai, dengan penampilan dalam film komedi populer “Me, Myself and Irene”. Popularitasnya yang luar biasa membuatnya menjadi atlet paling banyak dicari di internet pada masa awal Google.
Kournikova juga sukses meraup pundi-pundi rupiah dari berbagai sponsor ternama seperti Adidas, Omega, dan Berlei. Kekayaannya diperkirakan mencapai 60 juta dolar AS.
Cedera dan Akhir Karier Dini
Sayangnya, karier gemilang ini terhenti lebih cepat dari yang diharapkan. Awal 2000-an, cedera mulai mengusiknya. Ia mengalami patah tulang pada kaki kirinya, memaksanya mundur dari 12 turnamen.
Rankingnya anjlok drastis hingga keluar dari 300 besar dunia pada akhir 2003. Pada usia 21 tahun, ia terpaksa pensiun dini karena cedera punggung yang parah, termasuk hernia diskus.
Dalam wawancara dengan People pada 2011, Kournikova mengaku tidak pernah merencanakan pensiun dini. Cedera punggungnya yang begitu parah membuatnya tak punya pilihan. Ia bahkan kesulitan melakukan hal-hal sederhana seperti mengikat tali sepatu.
Masa transisi pasca-pensiun penuh tantangan. Ia mengaku bingung dan takut harus menjalani kehidupan di luar dunia tenis yang telah membesarkan namanya.
Foto dirinya di kursi roda awal tahun ini mengejutkan publik, menjadi penampilan publik pertamanya dalam dua tahun terakhir, menunjukkan perjuangannya melawan cedera yang dialaminya.
Meskipun karier tenisnya berakhir lebih cepat dari yang diharapkan, warisan Anna Kournikova tetap abadi. Ia bukan hanya seorang atlet berbakat, tetapi juga ikon yang menginspirasi banyak orang. Kisahnya mengingatkan kita akan pentingnya kesehatan dan keseimbangan hidup, bahwa sukses tak hanya diukur dari prestasi semata.