Kecemasan ekonomi tengah melanda warga Amerika Serikat. Indeks keyakinan konsumen bulan lalu anjlok 5,4 poin, mencapai angka 93. Penurunan ini dirasakan di semua kalangan politik, namun paling terasa di kalangan pendukung Partai Republik. Meskipun sempat ada optimisme setelah kesepakatan AS-China terkait tarif impor, kekhawatiran kembali muncul. Ketidakpastian kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump dan ketegangan di Timur Tengah menjadi penyebab utama.
Anjloknya Keyakinan Konsumen AS: Dampak Geopolitik dan Tarif Impor
Penurunan indeks keyakinan konsumen ini menunjukkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi negara. Stephanie Guichard, ekonom senior The Conference Board, mencatat peningkatan sedikit referensi tentang geopolitik dan kerusuhan sosial. Namun, ia menekankan bahwa tarif impor tetap menjadi faktor yang jauh lebih berpengaruh bagi pandangan konsumen. Tarif impor sering dikaitkan dengan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap ekonomi dan kenaikan harga. Hal ini secara langsung mempengaruhi daya beli dan pengeluaran konsumen.
Harga Tinggi dan Potensi Resesi: Ancaman bagi Pengeluaran Konsumen
Masyarakat AS harus bersiap menghadapi harga yang lebih tinggi dan potensi resesi. Sentimen ekonomi yang tidak pasti ini dapat memicu penurunan pengeluaran konsumen. Elizabeth Renter, ekonom senior dari NerdWallet, menjelaskan bahwa ketidakpastian akan besaran tagihan belanjaan di masa mendatang membuat konsumen sulit untuk merencanakan anggaran. Kondisi ini menciptakan efek domino yang memengaruhi daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
Sikap Hati-hati Konsumen: Menunda Pembelian dan Menunggu Kejelasan
Meskipun Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menyatakan dampak tarif yang lebih tinggi belum terlihat pada data inflasi utama, harga barang-barang tertentu seperti elektronik telah meningkat. Survei menunjukkan banyak konsumen menunda pembelian barang elektronik dan rumah. Namun, pembelian barang-barang besar lainnya seperti mobil dan peralatan rumah tangga tetap kuat. Heather Long, kepala ekonom Navy Federal Credit Union, menyebut ini sebagai “ekonomi yang penuh kehati-hatian”. Konsumen hanya melakukan pembelian besar jika benar-benar dibutuhkan.
Perubahan Sentimen Konsumen
Optimisme tentang prospek pekerjaan, pendapatan masa depan, dan kondisi bisnis juga melemah. Meningkatnya jumlah konsumen yang memperkirakan resesi dalam 12 bulan ke depan semakin memperkuat sentimen pesimis ini. Situasi ini membuat konsumen cenderung menunggu dan melihat sebelum melakukan pembelian besar. Ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan belanja mereka. Sebagai penutup, anjloknya indeks keyakinan konsumen AS mencerminkan kekhawatiran yang meluas terkait dengan ketidakpastian ekonomi. Kombinasi dari tarif impor, geopolitik, dan potensi resesi mendorong konsumen untuk bersikap lebih hati-hati dalam pengeluaran mereka. Pemerintah dan lembaga terkait perlu berupaya menciptakan iklim ekonomi yang lebih stabil dan memberikan kepastian untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.