Bandara Internasional Kualanamu, Medan, dihebohkan dengan pendaratan darurat pesawat Saudi Airlines bernomor penerbangan SV5276 pada Jumat, 20 Juni 2025 sekitar pukul 10.44 WIB. Pesawat Boeing 777-300ER yang membawa 442 jamaah haji dari Jeddah menuju Jakarta ini terpaksa dialihkan ke Medan karena ancaman bom.
Ancaman bom diterima maskapai melalui email sekitar pukul 07.30 WIB. Pilot pun langsung mengirimkan sinyal darurat dengan kode transponder “7700” dan menghubungi otoritas penerbangan untuk meminta izin pendaratan darurat di bandara terdekat. Kualanamu dipilih karena fasilitas dan kesiapan protokol penanganannya yang memadai.
Setibanya di Kualanamu, pesawat langsung diarahkan ke apron khusus. Evakuasi penumpang dilakukan dengan prosedur keamanan ketat. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Medan segera mengerahkan tim untuk membantu proses penurunan penumpang dan awak pesawat menuju area steril.
Peran Penting Imigrasi dalam Penanganan Darurat
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Medan, Uray Avian, menjelaskan bahwa petugas imigrasi fokus pada pengecekan identitas setiap jamaah, pemeriksaan dokumen, dan pengawasan proses turunnya penumpang hingga _clearance_ selesai. Proses _clearance_ dilakukan terhadap seluruh 442 penumpang haji reguler embarkasi Depok (207 laki-laki dan 235 perempuan) dan 18 awak kabin (6 warga Saudi Arabia, 1 warga India, dan 11 warga Indonesia).
Kehadiran imigrasi sangat krusial, tidak hanya dalam konteks administrasi, tetapi juga sebagai bagian integral sistem keamanan nasional, memastikan identifikasi dan pengawasan yang ketat terhadap setiap individu yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, termasuk dalam situasi darurat seperti ini.
Respon Cepat dan Kolaboratif
InJourney Airports selaku pengelola Bandara Kualanamu langsung mengaktifkan Emergency Operation Center (EOC). Aparat gabungan TNI AU, Polri, dan Gegana (Unit Penjinak Bom) dikerahkan untuk melakukan penyisiran menyeluruh. Setelah dinyatakan aman, bandara kembali beroperasi normal beberapa jam kemudian.
Kerja sama antar instansi, termasuk otoritas bandara, keamanan, dan imigrasi, terbukti efektif dalam menangani situasi darurat ini dengan cepat dan terkoordinasi. Semua penumpang haji telah ditempatkan di penginapan yang telah disiapkan.
Evaluasi dan Penguatan Kolaborasi
Insiden ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keamanan penerbangan. Keberhasilan penanganan darurat ini juga menunjukkan kesiapan operasional Bandara Kualanamu dan instansi terkait dalam menghadapi ancaman keamanan yang bersifat lintas negara.
Kejadian ini juga menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan dan ketanggapan Kantor Imigrasi Medan, sesuai dengan 13 Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Hal ini menekankan pentingnya pelayanan yang cepat, adaptif, dan responsif terhadap risiko, sesuai mandat Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan dalam memperkuat fungsi keimigrasian sebagai garda depan keamanan negara.
Informasi Tambahan: Prosedur Keamanan Penerbangan
Prosedur Transponder 7700
Kode transponder 7700 merupakan kode standar internasional yang digunakan oleh pilot untuk mengindikasikan keadaan darurat pada pesawat. Kode ini memberitahu pihak pengendali lalu lintas udara bahwa pesawat mengalami masalah dan membutuhkan bantuan segera. Penggunaan kode ini memicu respon cepat dari berbagai pihak terkait, termasuk otoritas bandara dan tim penyelamat.
Peran Tim Penjinak Bom (Gegana)
Tim Gegana memiliki peran sangat penting dalam menangani ancaman bom. Mereka terlatih khusus dalam mendeteksi, menjinakkan, dan menangani berbagai jenis bahan peledak. Kehadiran mereka di Bandara Kualanamu memastikan penanganan yang aman dan efektif terhadap potensi ancaman bom di pesawat Saudi Airlines.
Standar Keamanan Tinggi di Bandara Internasional
Bandara Internasional Kualanamu, seperti bandara internasional lainnya, memiliki standar keamanan yang tinggi untuk menjamin keselamatan penumpang dan operasional bandara. Standar keamanan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemeriksaan keamanan penumpang dan bagasi hingga prosedur penanganan darurat, termasuk ancaman bom. Pendaratan darurat ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi dan meningkatkan standar keamanan yang sudah ada.
Dengan meningkatnya lalu lintas penerbangan internasional melalui Medan, kolaborasi antar instansi perlu terus ditingkatkan. Keselamatan dan keamanan penerbangan tidak bisa hanya bergantung pada satu sektor saja, melainkan membutuhkan kerja sama yang solid dan terintegrasi dari berbagai pihak terkait. Ke depan, perlu dilakukan simulasi dan pelatihan rutin untuk memastikan kesiapan menghadapi berbagai skenario darurat yang mungkin terjadi.
Kesimpulannya, pendaratan darurat Saudi Airlines SV5276 di Kualanamu merupakan contoh nyata dari kerja sama yang efektif antar instansi dalam menghadapi situasi darurat. Keberhasilan ini menunjukkan kesiapan dan profesionalisme pihak-pihak terkait dalam memastikan keselamatan penumpang dan kelancaran operasional bandara, sekaligus memperkuat keamanan nasional.