Parlemen Iran memutuskan untuk menangguhkan sementara kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyusul konflik bersenjata selama 12 hari dengan Israel dan Amerika Serikat. Keputusan ini diambil setelah parlemen menggelar pemungutan suara, dengan mayoritas anggota mendukung penangguhan tersebut.
Perang yang mengguncang dunia ini bermula dari serangan besar-besaran Israel terhadap fasilitas nuklir Iran. Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, kemudian turut serta dalam serangan tersebut.
Penangguhan Kerja Sama dengan IAEA: Respon atas Serangan terhadap Fasilitas Nuklir Iran
Parlemen Iran, dengan suara bulat (221 suara setuju, 1 abstain), menyetujui penangguhan kerja sama dengan IAEA pada Rabu, 25 Juni 2025. Ketua parlemen, Mohammad Bagher Ghalibaf, menyatakan bahwa IAEA telah kehilangan kredibilitas internasional karena tidak mengutuk serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Ghalibaf menekankan bahwa penangguhan ini akan berlangsung hingga keamanan fasilitas nuklir Iran terjamin sepenuhnya. Keputusan ini masih membutuhkan persetujuan dari Dewan Wali Iran sebelum dapat resmi dijalankan.
Serangan Israel dan AS terhadap Fasilitas Nuklir Iran
Konflik bermula pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran ke sejumlah fasilitas nuklir Iran. Serangan ini mengakibatkan korban jiwa di kalangan komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.
Pada 22 Juni 2025, Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Isfahan, dan Natanz. Serangan ini merupakan eskalasi konflik yang signifikan.
Pertempuran berakhir pada 24 Juni 2025 setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai antara Iran dan Israel. Namun, dampak jangka panjang dari konflik ini masih belum dapat dipastikan.
Reaksi Parlemen Iran dan Dampak Geopolitik
Setelah pemungutan suara, anggota parlemen Iran dilaporkan meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika dan anti-Israel. Hal ini menunjukkan kemarahan publik Iran terhadap peran Israel dan Amerika Serikat dalam konflik tersebut.
Penangguhan kerja sama dengan IAEA berpotensi menimbulkan implikasi geopolitik yang luas. Langkah ini dapat menghambat pengawasan internasional terhadap program nuklir Iran, memicu kekhawatiran internasional terkait potensi pengembangan senjata nuklir Iran.
Ketegangan regional diperkirakan akan meningkat pasca konflik ini. Peran internasional dalam menyelesaikan konflik dan mencegah eskalasi lebih lanjut menjadi sangat krusial.
Konflik ini menyoroti meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan kompleksitas isu nuklir Iran dalam konteks dinamika geopolitik global. Ke depannya, diperlukan diplomasi intensif untuk meredakan ketegangan dan mencegah terjadinya konflik serupa di masa mendatang. Pengawasan internasional terhadap program nuklir Iran tetap penting untuk menjaga stabilitas regional dan global.