Data Survei Konsumsi Individu (SKI) 2023 mengungkap fakta mengejutkan: anak usia 4 tahun sudah mulai merokok. Jumlah ini menunjukkan peningkatan drastis jumlah perokok anak di Indonesia.
SKI mencatat, perokok usia 10-18 tahun mencapai 5,9 juta pada 2023, meningkat tajam dari 2 juta pada 2013. Lonjakan ini menjadi bukti kegagalan upaya perlindungan anak dari bahaya rokok, menurut Kementerian Kesehatan RI.
Usia Perokok Anak Makin Muda
Yang lebih mengkhawatirkan, data SKI 2023 menunjukkan tren usia perokok anak yang semakin muda. Sebanyak 2,6% perokok memulai kebiasaan buruk ini pada usia 4-9 tahun, dan 44,7% di usia 10-14 tahun.
Proporsi ini meningkat drastis menjadi 52,8% pada usia 15-19 tahun. Lebih memprihatinkan lagi, 72,6% dari kelompok usia 15-19 tahun tersebut sudah merokok setiap hari. Ini menunjukkan kecanduan yang sudah tertanam kuat di usia yang sangat muda.
Kemudahan akses terhadap rokok juga menjadi faktor utama. Sebanyak 71,3% remaja membeli rokok secara batangan, dan 60,6% tidak pernah dicegah saat membeli. Kondisi ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan penegakan aturan terkait penjualan rokok kepada anak di bawah umur.
Rata-rata konsumsi rokok anak remaja mencapai 8-9 batang per hari. Bayangkan dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental mereka di masa depan. Ini merupakan ancaman serius bagi generasi penerus bangsa.
Paparan Asap Rokok dan Rokok Elektronik
Paparan asap rokok di lingkungan tertutup juga sangat tinggi, mencapai 70% anak dan remaja terpapar. Kurangnya kesadaran lingkungan dan pengawasan yang lemah menjadi penyebab utama masalah ini. Perlu kesadaran kolektif untuk menciptakan lingkungan bebas asap rokok.
Peningkatan penggunaan rokok elektronik (vape) juga menjadi perhatian serius. Penggunaannya meningkat dua kali lipat berdasarkan data Riskesdas 2018 dan SKI 2023. Meskipun tidak dibakar, sebagian besar vape mengandung nikotin yang adiktif.
Banyak perokok beralih ke vape karena dianggap lebih enak. Hal ini perlu diwaspadai karena nikotin tetap menimbulkan bahaya bagi kesehatan, terutama bagi anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Solusi dan Upaya Pencegahan
Pemerintah, sekolah, dan keluarga harus bersatu padu untuk melindungi anak-anak dari bahaya rokok dan vape. Perlu upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pihak.
Penguatan regulasi dan pengawasan penjualan rokok kepada anak di bawah umur sangat penting. Selain itu, kampanye edukasi kepada masyarakat tentang bahaya rokok dan vape perlu ditingkatkan secara masif.
Pendidikan kesehatan di sekolah harus memasukkan materi tentang bahaya merokok dan dampaknya terhadap kesehatan. Orang tua juga harus berperan aktif dalam mengawasi dan memberikan edukasi kepada anak-anaknya.
Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Lingkungan bebas asap rokok akan mengurangi paparan anak dan remaja terhadap asap rokok pasif.
Dampak Jangka Panjang
Merokok di usia muda meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis di masa depan, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan masalah pernapasan. Ini berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup di masa mendatang.
Selain itu, merokok juga memengaruhi perkembangan otak anak dan remaja, yang dapat berdampak pada kemampuan kognitif dan prestasi belajar. Generasi muda yang sehat adalah aset penting bagi kemajuan bangsa.
Oleh karena itu, upaya pencegahan dan perlindungan anak dari bahaya rokok dan vape harus menjadi prioritas utama. Investasi dalam kesehatan generasi muda adalah investasi untuk masa depan bangsa.
Kesimpulan
Permasalahan merokok di kalangan anak-anak di Indonesia merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan secara menyeluruh dan terintegrasi. Kerja sama semua pihak sangat penting untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya rokok dan menciptakan masa depan yang lebih sehat.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi, meningkatkan kampanye anti-rokok, dan memastikan akses yang lebih mudah ke layanan berhenti merokok. Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga sangat krusial dalam mengatasi masalah ini.