Suasana Kota Makkah menjelang dua hari pelaksanaan wukuf di Arafah, puncak ibadah haji tahun 2025, terasa lebih tenang dari biasanya. Aktivitas warga menurun drastis, jalanan utama tampak sepi. Pengamanan di seluruh akses menuju dan dari kota suci ini diperketat oleh otoritas keamanan Arab Saudi.
Pantauan pada Selasa, 3 Juni 2025, menunjukkan petugas keamanan berjaga di setiap titik strategis. Pemeriksaan kendaraan yang hendak masuk Makkah sangat ketat. Pengemudi wajib menunjukkan izin resmi. Akses menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) telah ditutup sepenuhnya untuk kendaraan umum, hanya kendaraan dengan stiker khusus yang diizinkan.
Mayoritas warga Makkah, termasuk jemaah haji Indonesia, menjalankan imbauan untuk tetap berada di hotel masing-masing. Mereka diminta untuk beristirahat dan mempersiapkan kondisi fisik guna menghadapi puncak ibadah haji.
Persiapan Puncak Haji 2025
Imbauan untuk tidak bepergian ke Masjidil Haram atau melakukan perjalanan jauh dikeluarkan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan jemaah. Petugas Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) fokus mempersiapkan jemaah dan skema pergerakan dari hotel menuju Arafah yang dimulai Rabu, 4 Juni 2025 secara bertahap.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Hilman Latief, dalam jumpa pers di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah pada Senin, 2 Juni 2025, menjelaskan pergerakan jemaah ke Armuzna dikelompokkan berdasarkan syarikah (perusahaan penyelenggara haji) dan lokasi markaz (kantor perwakilan jemaah).
Skema Pergerakan Jemaah Haji
PPIH membentuk kafilah adhoc dan war room bersama dengan syarikah untuk efisiensi dan sinkronisasi data. Terdapat tiga skema utama pergerakan jemaah: reguler, murur, dan tanazul. Skema reguler diikuti mayoritas jemaah (sekitar 136 ribu orang atau 67 persen), berjalan sesuai prosedur standar.
Skema murur (67 ribu jemaah) memungkinkan jemaah langsung menuju Mina dari Arafah tanpa singgah di Muzdalifah. Hal ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan kenyamanan jemaah. Sementara skema tanazul (37 ribu jemaah) melibatkan jemaah yang akan melontar jumrah pada 10 Zulhijjah dan langsung kembali ke hotel tanpa bermalam di Mina.
Perhatian khusus diberikan kepada jemaah lansia dan disabilitas melalui Safari Wukuf Khusus yang menyediakan fasilitas pendampingan, pengawalan medis, dan hotel transit selama puncak haji. Tujuannya untuk memastikan ibadah mereka aman dan nyaman.
Detail Pergerakan Jemaah
Pergerakan dari Makkah ke Arafah dibagi dalam tiga gelombang, dengan keberangkatan terakhir pada 8 Zulhijjah (Rabu tengah malam pukul 00.00 WAS). Jemaah murur akan bergerak dari Arafah pada 9 Zulhijjah (Kamis pukul 19.00 WAS), sementara jemaah reguler menuju Muzdalifah pada pukul 22.00 WAS.
Perpindahan dari Muzdalifah ke Mina menggunakan transportasi sistem taraddudi menjelang Subuh. Kembali ke Makkah dilakukan bertahap setelahnya, disesuaikan dengan kapasitas dan kondisi lapangan. PPIH akan melakukan penyisiran di hotel-hotel Makkah setelah pendorongan terakhir jemaah ke Arafah.
Hilman Latief juga menekankan pentingnya doa dan dukungan dari masyarakat Indonesia agar jemaah haji diberi kemudahan dan keselamatan. Indonesia mendapatkan kuota 221.000 jemaah haji tahun ini.
Aspek Keamanan dan Kesehatan
Pengamanan ketat di Makkah merupakan langkah penting untuk mencegah berbagai kejadian yang tidak diinginkan. Petugas keamanan tak hanya memeriksa kendaraan, tetapi juga mengawasi pergerakan orang banyak di area-area vital. Sistem pengawasan modern mungkin juga dikerahkan untuk memantau situasi secara real-time.
Selain aspek keamanan, kesehatan jemaah juga menjadi prioritas utama. Cuaca ekstrem di Makkah mengharuskan jemaah untuk menjaga kesehatan dan stamina. Penyediaan layanan kesehatan yang memadai di Armuzna, termasuk ketersediaan tenaga medis yang cukup, sangat krusial.
Informasi tentang gejala dan pencegahan heatstroke perlu disosialisasikan secara luas kepada jemaah. Petugas medis harus siap siaga untuk memberikan pertolongan pertama jika terjadi kasus heatstroke atau penyakit lainnya. Koordinasi yang baik antara PPIH dan otoritas kesehatan Arab Saudi penting untuk memastikan penanganan medis yang efektif.
Kesiapan berbagai pihak, mulai dari PPIH, otoritas keamanan Arab Saudi, hingga fasilitas kesehatan, merupakan faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Semoga semua jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan lancar dan kembali ke tanah air sebagai haji mabrur.