Rocky Gerung kembali menjadi sorotan publik setelah memberikan komentar pedas terhadap pendukung Gibran Rakabuming Raka. Pernyataan kontroversial ini disampaikan dalam program “Rakyat Bersuara” di iNews TV pada Rabu, 11 Juni 2025. Komentar tersebut kemudian viral di media sosial, memicu perdebatan di kalangan masyarakat.
Debat ini bermula dari tanggapan Sekretaris Jenderal Gibranku, Pangeran Mangkubumi, terhadap isu pemakzulan Gibran yang diusulkan oleh Forum Purnawirawan TNI. Pangeran Mangkubumi menilai usulan pemakzulan tersebut minim substansi dan hanya menambah kegaduhan politik. Ia menekankan pentingnya mendengarkan suara rakyat yang otentik.
Namun, Rocky Gerung membantah pandangan Pangeran Mangkubumi. Ia menganggap analogi “ruang kedap suara” yang digunakan Pangeran justru menggambarkan kekacauan yang diciptakan oleh rezim saat ini, yang menurut Rocky, dibangun oleh lingkaran kekuasaan Presiden Jokowi.
Rocky Gerung lebih jauh menuding dukungan Pangeran Mangkubumi terhadap Gibran sebagai dukungan yang kosong dan tidak memahami isu-isu aktual. Ia bahkan menyarankan Gibran untuk mencari konsultan politik yang lebih mumpuni.
Pemakzulan Gibran: Surat Terbuka dan Reaksi Politik
Titik awal kontroversi ini adalah surat terbuka dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI kepada DPR RI yang berisi usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Surat tersebut tertanggal 26 Mei 2025 dan ditandatangani oleh sejumlah tokoh militer senior, termasuk Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Marsekal TNI (Purn) Hanafi Asnan, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, dan Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto.
Surat tersebut memicu perdebatan publik yang cukup intens. Beberapa kalangan menilai surat tersebut sebagai upaya untuk mengganggu stabilitas politik, sementara yang lain melihatnya sebagai bentuk penyampaian aspirasi dari kelompok tertentu. Keberanian para purnawirawan TNI dalam menyampaikan surat tersebut menjadi sorotan utama.
Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, saat dikonfirmasi pada 4 Juni 2025, menyatakan belum membaca surat tersebut karena DPR sedang dalam masa reses. Ia menambahkan bahwa surat tersebut masih dalam penanganan Sekretariat Jenderal DPR RI dan belum diteruskan ke pimpinan dewan.
Analisis Lebih Dalam Terhadap Pernyataan Rocky Gerung
Pernyataan Rocky Gerung yang menuduh dukungan Pangeran Mangkubumi sebagai “kekosongan” perlu dianalisis lebih lanjut. Apakah pernyataan ini hanya kritik personal, atau ada indikasi kritik yang lebih luas terhadap strategi komunikasi dan dukungan politik terhadap Gibran?
Perlu dikaji lebih dalam pula apakah pernyataan Rocky Gerung tentang “ruang kedap suara” yang dibangun oleh istana Jokowi merupakan sebuah metafora yang tepat, dan sejauh mana hal tersebut mencerminkan realita politik saat ini. Apakah hal ini bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap terbatasnya ruang publik untuk menyampaikan pendapat yang berbeda?
Konteks Politik dan Implikasinya
Isu pemakzulan Gibran terjadi dalam konteks politik yang dinamis. Perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi situasi ini, seperti dinamika internal partai politik, persaingan politik menjelang pemilihan umum berikutnya, dan sentimen publik terhadap pemerintahan saat ini.
Perlu juga dianalisa bagaimana media massa berperan dalam menyoroti isu ini. Apakah pemberitaan yang beredar telah memberikan gambaran yang seimbang dan objektif, atau justru telah memperkeruh situasi?
Kesimpulannya, pernyataan Rocky Gerung terhadap pendukung Gibran dan isu pemakzulan Wakil Presiden tersebut telah memicu perdebatan publik yang kompleks. Untuk memahami sepenuhnya dinamika politik di balik peristiwa ini, diperlukan analisis yang lebih mendalam dan komprehensif, mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan konteks yang relevan. Perdebatan ini membuka ruang bagi diskusi publik yang lebih luas mengenai transparansi pemerintahan, demokrasi, dan peran purnawirawan militer dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Analisis yang lebih luas juga perlu mencakup latar belakang politik para tokoh yang terlibat, termasuk Pangeran Mangkubumi, Rocky Gerung, dan para purnawirawan TNI yang menandatangani surat tersebut. Memahami motivasi dan kepentingan masing-masing pihak akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap isu ini.