Trauma keluarga: Luka yang tak terlihat dan jalan menuju penyembuhan
Bagi banyak orang, keluarga seharusnya menjadi tempat perlindungan dan rasa aman. Namun, ironisnya, keluarga seringkali menjadi sumber trauma dan malah memperparah luka batin. Ketidakpahaman, meremehkan, bahkan penolakan dari keluarga terhadap trauma yang dialami seseorang dapat berdampak sangat buruk. Hal ini tidak hanya menghambat proses penyembuhan, tetapi juga dapat menyebabkan luka batin yang lebih dalam.
Luka Berlapis Akibat Penolakan Keluarga
Terapis penyembuhan Stacey R. Pinatelli, Psy.D., menjelaskan bahwa penolakan keluarga terhadap trauma seseorang merupakan pukulan ganda yang menyakitkan. Hilangnya rasa aman dan penerimaan dari keluarga merupakan kehilangan yang sangat mendalam.
Kehilangan ini bukan sekadar kehilangan hubungan saja. Ini juga berarti kehilangan rasa memiliki, identitas, dan keamanan—hal-hal mendasar yang dibutuhkan sejak kecil untuk perkembangan yang sehat. Rasa sakitnya berlapis karena kehilangan harapan akan dipahami, diakui, bahkan dihargai atas perjuangan mereka dalam mengatasi trauma.
Mengapa Keluarga Menolak untuk Memahami?
Tidak semua keluarga menolak trauma anggota keluarganya karena niat jahat. Banyak yang menjauhkan diri karena ketidakmampuan mereka untuk menghadapi kebenaran yang menyakitkan.
Mengakui kebenaran seringkali menuntut pertanggungjawaban, kesedihan, dan konfrontasi dengan rasa malu. Ini adalah beban berat yang sulit ditanggung bagi mereka yang belum siap atau tidak mau menghadapinya. Pemahaman ini penting agar kita dapat lebih empati terhadap reaksi keluarga yang mungkin keliru.
Mencari Penyembuhan dan Membangun Kembali
Meskipun trauma akibat penolakan keluarga sangat menyakitkan, ada jalan menuju penyembuhan dan rekonsiliasi. Membangun kembali rasa percaya diri dan keamanan sangat penting.
Membangun “keluarga baru” yang mendukung, empati, dan menghargai rasa sakit serta kekuatan Anda merupakan langkah penting. Carilah lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang, di mana Anda dapat berbagi pengalaman dan merasa dihargai.
Langkah-langkah Menuju Penyembuhan
- Bangun rutinitas yang menenangkan: Rutinitas harian yang konsisten dapat memberikan rasa aman dan kendali di tengah kekacauan emosional.
- Praktikkan perhatian penuh (mindfulness): Latihan mindfulness membantu Anda terhubung dengan diri sendiri dan mengelola emosi.
- Percaya pada intuisi Anda: Setelah sekian lama diragukan, belajarlah untuk memercayai suara hati Anda sendiri.
- Cari bantuan profesional: Terapis atau konselor dapat membantu Anda memproses trauma dan membangun kembali kepercayaan diri.
Dukungan profesional sangat krusial. Terapis dapat memberikan panduan dan teknik koping yang efektif untuk mengatasi kesedihan dan membangun resiliensi. Mereka juga dapat membantu Anda memahami dinamika keluarga yang rumit dan dampaknya pada Anda.
Mendukung Orang Tercinta yang Mengalami Trauma Keluarga
Bagi Anda yang memiliki teman atau keluarga yang putus hubungan dengan keluarganya karena trauma, dukungan Anda sangat berarti. Jangan terburu-buru menilai situasi atau memberikan solusi instan.
Berikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan kesedihan dan kompleksitas emosi yang mereka alami. Jangan memaksa mereka untuk “melanjutkan hidup” dengan cepat. Mendengarkan dan hadir merupakan bentuk penyembuhan yang paling berharga.
Menunjukkan empati dan pemahaman dapat membuat perbedaan besar dalam proses penyembuhan. Ingatlah bahwa kesedihan akibat keretakan keluarga adalah pengalaman yang kompleks dan membutuhkan waktu serta kesabaran untuk diproses.
Penyembuhan dari trauma keluarga memerlukan waktu dan upaya. Namun dengan dukungan yang tepat, membangun hubungan yang sehat, dan komitmen untuk menyembuhkan diri sendiri, pemulihan dan kebahagiaan dapat dicapai. Perjalanan ini mungkin panjang, namun memiliki tujuan akhir yang berharga: hidup yang utuh dan penuh kebebasan.