Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Selasa (24/6/2025). Pagi ini, dolar AS kembali ke level Rp 16.300-an, menandai pelemahan yang cukup tajam.
Data Bloomberg menunjukkan penurunan 100 poin atau 0,61% dari penutupan perdagangan sebelumnya, menempatkan dolar AS di angka Rp 16.392 sekitar pukul 09.10 WIB.
Pelemahan Dolar AS di Pasar Global
Pelemahan dolar AS terhadap rupiah tidak berdiri sendiri. Mata uang ini juga menunjukkan kinerja yang lemah terhadap beberapa mata uang lainnya di pasar global.
Terhadap won Korea Selatan, dolar AS melemah 1,07%. Pelemahan serupa juga terlihat terhadap peso Filipina (1,11%) dan dolar baru Taiwan (0,57%).
Dolar AS juga mengalami penurunan terhadap ringgit Malaysia (0,95%), yuan China (0,04%), yen Jepang (0,37%), dan dolar Australia (0,33%). Terhadap dolar Singapura, pelemahannya mencapai 0,12%.
Namun, ada beberapa pengecualian. Dolar AS justru menguat terhadap rupee India (0,19%) dan baht Thailand (0,05%). Nilai tukar terhadap dolar Hong Kong terpantau stagnan.
Ketegangan Geopolitik sebagai Faktor Penentu
Pelemahan dolar AS terhadap rupiah dan sejumlah mata uang Asia-Pasifik dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Konflik antara Israel dan Iran, yang melibatkan keterlibatan AS dalam membantu Israel, menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar.
Sebagai balasan atas serangan AS di situs nuklir Iran, Iran melancarkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar.
Deklarasi Gencatan Senjata Mendadak
Presiden AS Donald Trump kemudian secara mengejutkan mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Kesepakatan yang mulai berlaku pada Selasa tersebut diklaim akan mengakhiri konflik secara resmi. Pernyataan ini disampaikan Trump melalui platform Truth Social miliknya, seperti yang dikutip dari AFP.
Trump menulis, “Telah sepenuhnya disepakati oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA yang Lengkap dan Total.”
Pengumuman gencatan senjata ini tentu berdampak signifikan terhadap dinamika pasar, meskipun dampak jangka panjangnya masih perlu diamati.
Pernyataan Trump ini perlu dikaji lebih lanjut terkait kredibilitas dan implikasinya terhadap stabilitas regional dan global.
Perkembangan situasi geopolitik ini akan terus dipantau, karena berpotensi memengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang di masa mendatang. Analisis lebih mendalam dari para ahli ekonomi diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari gencatan senjata ini terhadap pasar keuangan internasional.
Ketidakpastian tetap ada, dan para investor akan terus memantau situasi dengan cermat.