Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan dukungannya terhadap evaluasi pemerintah terkait kebijakan insentif sektor otomotif. Insentif yang tepat dinilai mampu mendorong penjualan mobil nasional dalam jangka pendek dan memperkuat industri otomotif jangka panjang.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menjelaskan bahwa insentif pajak terbukti efektif meningkatkan penjualan, seperti yang terjadi pada tahun 2021. Skema penundaan pembayaran pajak, bukannya subsidi atau pinjaman, dinilai sebagai solusi yang tepat. Ketika pasar kembali pulih, penerimaan negara akan kembali normal.
Analisis Komponen Harga Mobil dan Potensi Pasar
Kukuh Kumara menjabarkan bahwa biaya komponen saat ini mencapai sekitar 50% dari harga mobil. Oleh karena itu, insentif untuk semua jenis teknologi otomotif, termasuk ICE (Internal Combustion Engine), hybrid, BEV (Battery Electric Vehicle), dan LCGC (Low Cost Green Car), sangat penting untuk menekan harga jual dan meningkatkan permintaan.
Dengan strategi insentif yang tepat, Gaikindo memproyeksikan penjualan mobil baru dapat mencapai angka optimal 3 juta unit per tahun. Angka ini setara dengan pasar otomotif Meksiko, jauh di atas angka penjualan mobil baru saat ini yang berkisar 1 juta unit per tahun.
Potensi pasar mobil bekas, sekitar 2 juta unit per tahun, juga dapat dikonversi menjadi penjualan mobil baru. Jika hal ini terwujud, target 3 juta unit per tahun sangat realistis.
Dampak Positif terhadap Perekonomian Nasional
Pencapaian target penjualan 3 juta unit akan berdampak positif terhadap industri otomotif. Para pelaku industri akan terdorong untuk meningkatkan kapasitas produksi, misalnya melalui ekspansi pabrik atau pembangunan fasilitas baru.
Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan efek pengganda pada perekonomian nasional. Setiap satu tenaga kerja di industri otomotif diperkirakan akan menciptakan dua lapangan kerja tambahan di sektor lain. Industri otomotif berperan sebagai penggerak utama manufaktur di Indonesia.
Kebijakan Jangka Panjang yang Fleksibel
Gaikindo juga mendorong pemerintah untuk merumuskan kebijakan jangka panjang yang fleksibel dan tidak berfokus pada satu teknologi tertentu. Mobil hybrid, BEV, ICE, dan LCGC masih memiliki peran penting dalam transisi menuju kendaraan rendah emisi.
Sebagai contoh, mobil hybrid saat ini sedang mengalami peningkatan popularitas di China. Teknologi terus berkembang pesat, sehingga kebijakan pemerintah harus mampu beradaptasi dan memberikan manfaat yang luas bagi seluruh sektor industri otomotif.
Menjadikan Indonesia Pusat Produksi BEV
Gaikindo menekankan pentingnya menjadikan Indonesia sebagai basis produksi BEV untuk pasar domestik dan ekspor. Target produksi 600.000 unit BEV pada tahun 2030 membutuhkan dukungan kebijakan yang komprehensif.
Pajak yang tinggi saat ini menjadi kendala utama akses masyarakat terhadap mobil baru. Di Indonesia, pajak dapat mencapai 50% dari harga mobil, lebih tinggi dibandingkan Malaysia (sekitar 30%). Pemerintah perlu mengkaji ulang pengenaan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), khususnya untuk mobil dengan harga tertentu yang menjadi alat produksi bagi masyarakat.
Usulan Pengkajian Ulang Pajak dan Strategi Kedepan
Gaikindo mengusulkan pengkajian ulang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), terutama pada mobil-mobil dengan harga tertentu yang berfungsi sebagai alat produksi bagi masyarakat. Penyesuaian pajak dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan industri otomotif.
Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan perkembangan teknologi otomotif global. Kerjasama dengan negara lain dan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain utama di pasar otomotif Asia Tenggara dan global. Dukungan pemerintah dan kerja sama antar pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan.
Editor: Burhanudin Ghafar Rahman
Tags: Otomotif Against COVID, Gaikindo Indonesia