Indonesia tengah berpacu dengan waktu untuk mencapai akses air bersih universal. Target ambisius 100 persen akses air bersih pada tahun 2045, baru-baru ini diutarakan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Tantangannya besar, mengingat saat ini cakupan akses air bersih perpipaan nasional masih berada di angka 22 persen.
Namun, AHY menegaskan komitmen pemerintah untuk mewujudkan target tersebut. Pernyataan ini disampaikan di tengah realita di mana hanya 37 persen perusahaan daerah air minum (PDAM) yang mampu mencapai _full cost recovery_.
Target Ambisius: Air Bersih untuk Semua pada 2045
Menko AHY menetapkan target akses air bersih 100 persen pada 2045 sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Target interim 40 persen pun telah ditetapkan.
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan investasi yang sangat besar, diperkirakan mencapai angka fantastis hingga 100 triliun rupiah. Ini menjadi tantangan utama yang harus diatasi.
Kerja Sama Antar Sektor Kunci Sukses Program
AHY menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektoral untuk mencapai target akses air bersih universal. Pemerintah pusat, daerah, dan swasta harus bekerja sama secara sinergis.
Pendekatan terintegrasi, bukan bekerja secara silo, dianggap krusial. Hal ini untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya dan anggaran.
Menko AHY juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun sistem air bersih yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Diplomasi Air: Isu Global yang Tak Bisa Diabaikan
Lebih jauh, AHY menyoroti isu air sebagai agenda utama pembangunan, bahkan keamanan global. Angka statistik global yang memprihatinkan menunjukkan masih ada 2,2 miliar orang di dunia yang tidak memiliki akses air minum aman dan 3,5 miliar orang tanpa akses sanitasi layak.
Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa, juga menghadapi tantangan serupa. AHY menyinggung potensi konflik terkait air di masa mendatang jika masalah ini tidak ditangani secara serius.
Peran diplomasi air pun semakin penting, mengingat potensi konflik akibat perebutan sumber daya air yang semakin langka. Indonesia telah menunjuk utusan khusus untuk diplomasi air guna menghadapi tantangan ini.
Tantangan utama sektor air bersih di Indonesia bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga terkait dengan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, efisiensi distribusi air, dan pemeliharaan infrastruktur yang memadai. Pendekatan holistik dan kolaboratif merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai target akses air bersih universal pada tahun 2045. Keberhasilan ini akan memastikan kesehatan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan di Indonesia.