Dua laga terakhir Timnas Indonesia memicu perdebatan sengit di kalangan pengamat sepak bola. Kemenangan tipis 1-0 atas China yang meloloskan Indonesia ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 berbanding terbalik dengan kekalahan telak 0-6 dari Jepang.
Analisis Kritis atas Kemenangan Tipis Timnas Indonesia
Meskipun menang atas China, para pengamat menilai masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki. Bung Binder, misalnya, menyoroti buruknya penyelesaian akhir tim.
Dari 13 percobaan open play, tak satu pun berbuah gol. Gol semata wayang berasal dari penalti. Ini menjadi poin penting yang perlu dievaluasi.
Kekalahan Telak dari Jepang: Bukan Sekadar Rotasi Pemain
Kekalahan 0-6 dari Jepang menjadi sorotan utama. Banyak yang menuding rotasi pemain sebagai penyebabnya.
Namun, Bung Binder berpendapat, Jepang juga menurunkan pemain debutan dan tetap dominan. Hal ini menunjukkan perbedaan kualitas yang signifikan antara kedua tim.
Tidak adanya tembakan on target maupun off target dari Timnas Indonesia semakin memperjelas jurang perbedaan tersebut.
Kritik sebagai Dorongan, Bukan Serangan
Pangeran Siahaan, pengamat sepak bola lainnya, menekankan pentingnya kritik, baik saat menang maupun kalah. Kritik yang konstruktif merupakan bagian penting dari perkembangan sepak bola.
Ia menambahkan, autokritik perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk pemain, pelatih, pengamat, dan penggemar. Kemenangan atas China semestinya menjadi alarm peringatan bagi Indonesia.
China, yang penampilannya tidak istimewa, mampu menahan gempuran Timnas Indonesia hingga hanya tercipta satu gol dari titik putih.
Pangeran juga menegaskan bahwa publik berhak menyuarakan pendapatnya selama tetap dalam koridor yang beretika dan menghormati para pemain dan pelatih.
Kritik, menurut mereka, bukan serangan, melainkan dorongan untuk evaluasi dan kemajuan tim.
Kekalahan telak dari Jepang menjadi tantangan besar bagi Timnas Indonesia untuk memperbaiki kualitas permainan, terutama dalam hal penyelesaian akhir dan pertahanan. Perjalanan panjang masih menanti untuk meningkatkan performa dan meraih prestasi yang lebih baik di masa mendatang. Evaluasi menyeluruh dan kerja keras adalah kunci untuk menutup celah kualitas yang signifikan tersebut.