Perayaan kemenangan dalam dunia olahraga seringkali diwarnai tradisi unik yang menarik perhatian. Salah satu yang paling menonjol adalah semprotan sampanye, seringkali diarahkan kepada rekan satu tim atau ke udara. Namun, tahukah Anda asal-usul tradisi ini dan mengapa kacamata kini menjadi aksesori wajib saat momen bersejarah tersebut?
Tradisi ini ternyata tidak hanya tentang euforia semata, tetapi juga evolusi dari kebiasaan yang berakar di berbagai cabang olahraga. Dari motorsport hingga NBA, dan kini merambah ke sepak bola Eropa, penggunaan sampanye dan kacamata pelindung telah membentuk sebuah budaya perayaan yang menarik untuk dikaji.
Asal Usul dan Perkembangan Kacamata Champagne
Penyemprotan sampanye sebagai ritual perayaan kemenangan sudah berlangsung sejak lama, khususnya di dunia motorsport. Tazio Nuvolari, pembalap Italia, menerima sebotol Moet & Chandon setelah menjuarai Vanderbilt Cup pada 1936.
Formula One mengadopsi penyemprotan sampanye sebagai ritual podium pada 1969. Hal ini semakin mengukuhkan sampanye sebagai simbol perayaan prestasi atlet di kancah internasional.
Namun, perkembangannya berlanjut seiring munculnya kebutuhan praktis untuk melindungi mata dari semprotan sampanye. Legenda bisbol, David Ortiz, dikenal sebagai salah satu yang mempopulerkan penggunaan kacamata pelindung di awal 2000-an.
Ortiz menggunakan kacamata renang untuk melindungi matanya dari iritasi alkohol dan busa sampanye yang menyembur dengan kecepatan tinggi, hingga mencapai 30 mil per jam. Hal ini dibenarkan oleh riset yang menunjukkan potensi cedera serius akibat busa sampanye.
Kasus cedera mata yang dialami pesepeda Biniam Girmay di Giro d’Italia semakin menggarisbawahi pentingnya perlindungan mata saat perayaan dengan sampanye. Insiden tersebut menjadi bukti nyata bahaya yang mengintai.
NBA turut berperan dalam mempopulerkan kacamata khusus sampanye, dimulai pada 2013 saat Ray Allen memakai kacamata ski Oakley dalam perayaan kemenangan Miami Heat.
Sejak saat itu, kacamata menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan juara NBA. LeBron James, Giannis Antetokounmpo, dan Steph Curry, juga terlihat mengenakan kacamata dari merek ternama seperti Nike, Under Armour, dan Jordan Brand.
Penggunaan kacamata pun berevolusi, tak hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai statement fashion dan peluang branding bagi para atlet dan sponsor.
Dari Ruang Ganti Amerika ke Lapangan Sepak Bola Eropa
Tren penggunaan kacamata saat perayaan kemenangan dengan sampanye mulai merambah ke Eropa, khususnya di dunia sepak bola. Awalnya sebuah kebutuhan praktis, kini menjadi simbol budaya dan gaya.
Lamine Yamal, bintang muda Barcelona, menjadi salah satu yang pertama kali memperkenalkan tren ini di sepak bola Eropa. Ia terlihat mengenakan dua pasang kacamata hitam saat merayakan kemenangan Copa del Rey pada April 2025.
Sejumlah pemain Serie A, seperti Scott McTominay, Andre-Frank Zambo Anguissa, dan Romelu Lukaku, juga terlihat mengenakan kacamata hitam dalam perayaan gelar mereka. Bahkan pemain Tottenham Hotspur terlihat menggunakan kacamata ski di ruang ganti setelah memenangkan Liga Europa.
Pemain Paris Saint-Germain, Desire Doue dan Achraf Hakimi, ikut meramaikan tren ini setelah meraih gelar Liga Champions. Michael Olise dari Bayern Munchen menambahkan sentuhan unik dengan memadukan kacamata hitam dan ‘grills’.
Tren ini menunjukkan perpaduan budaya antara Amerika Serikat dan Eropa, menonjolkan pengaruh NBA dan budaya hip-hop dalam perayaan sepak bola Eropa.
Dampak Budaya dan Komersial
Adopsi kacamata champagne di sepak bola Eropa menunjukkan pertukaran budaya yang signifikan. Pemain Eropa terinspirasi oleh gaya dan sikap para atlet Amerika Serikat.
Tren ini tak hanya menjadi ekspresi personal, tetapi juga peluang branding yang besar bagi para atlet dan merek olahraga. Nike, Oakley, dan PUMA memanfaatkan peluang ini dengan memproduksi kacamata khusus yang memadukan fungsi dan gaya.
Kolaborasi NBA dan ESPN dalam menciptakan kacamata champagne edisi khusus ulang tahun ke-75 menunjukkan potensi kacamata tersebut sebagai barang koleksi dan alat pemasaran yang efektif.
Kesimpulannya, tradisi penyemprotan sampanye dan penggunaan kacamata pelindung telah berevolusi menjadi fenomena budaya dan komersial yang menarik. Dari kebutuhan praktis hingga simbol status dan gaya, tren ini akan terus menarik perhatian di dunia olahraga.